close

Tuesday, September 07, 2021

author photo
Mampu memotivasi orang lain namun tak mampu memotivasi diri


pojokreview.com - Apakah Anda adalah tipe orang yang sering memberi saran, nasihat, motivasi, bahkan memberi semangat pada orang lain, tapi selalu sulit untuk melakukan hal yang sama pada diri Anda sendiri? Ternyata, ada banyak orang yang bernasib sama.


Bahkan motivator kenamaan di Indonesia dikenal pula dengan masalah pribadinya yang tak mampu ia selamatkan sendiri. Ada motivator di bidang kesehatan, namun akhirnya terkena penyakit yang hampir merenggut nyawanya. Ada motivator di bidang ekonomi, namun keuangannya sendiri tak mampu diaturnya. Juga ada motivator terkenal yang memberi masukan dan nasihat tentang keluarga dan cinta, namun keluarganya sendiri juga berantakan.


Hal itu yang kemudian oleh para ahli disebut sebagai Salomon Paradox atau Paradoks Salomon. Paradoks Salomon adalah kecenderungan seseorang untuk berpikir jauh lebih bijak, logis, rasional, dan detail ketika melihat masalah orang lain. Namun, hal itu tak bisa dilakukannya pada dirinya sendiri.


Kenapa namanya Salomon Paradox? Nama ini diambil dari salah satu raja terbesar Israel zaman dulu yakni Salomon, di versi lain disebut bernama Sulaiman. Adalah peneliti dari University of Waterloo bernama Igor Gorssmann yang memberi nama ini setelah mengetahui kisah Raja Ketiga bangsa Israel tersebut.


Salomon dikenal sebagai raja yang sangat bijaksana, serta mampu memberi solusi bagi banyak orang yang meminta nasihatnya. Namun, ia tak bisa menyelesaikan masalah pribadinya sendiri sehingga berdampak pada kerajaan besar itu yang akhirnya runtuh.


Hal itulah yang kemudian menginspirasi Igor Gorssmann untuk memberi nama Paradoks Salomon. Kebanyakan orang akan lebih bijak ketika melihat masalah orang lain, namun akan kesulitan ketika melihat masalah sendiri. Biasanya, hal itu disebabkan karena ketika menyelesaikan masalah orang lain, seseorang akan berpikir dengan jernih dan bijaksana. Namun, ketika ingin memecahkan masalahnya sendiri, seseorang tersebut melibatkan amarah, perasaan, dan sebagainya yang menjadi kabut untuk melihat inti masalah.


Lalu bagaimana solusinya?


Solusi memotivasi diri

Masih dari orang yang sama, Igor Gorssman. Ia memberikan cara yang disebut Metode Teman Baik, berikut tahapannya:


  1. Anda mesti mengambil jarak pada diri Anda sendiri. Letakkan diri Anda sebagai orang lain, misalnya dengan berhadapan di kaca.
  2. Lebih tenang dalam melihat masalah, dan anggap bahwa masalah tersebut merupakan masalah orang lain. Katakanlah masalah seseorang yang sekarang berada di kaca.
  3. Anggap bahwa seseorang yang berada di kaca depan Anda adalah seseorang yang sangat membutuhkan nasihat, saran, motivasi, dan solusi dari Anda.
  4. Sekarang, giliran Anda menasihati "seseorang" di depan Anda sebagaimana ia adalah teman baik Anda yang benar-benar butuh bantuan.
  5. Benar-benar berpikir jernih dan bijaksana, tanpa melibatkan unsur-unsur yang bisa membuat penilaian Anda terhadap masalah menjadi kurang berimbang.
  6. Nasihati "dia" dan beri semua hasil pemikiran Anda. Lalu, resapi nasihat dari diri Anda sendiri tersebut.


Itu rangkaian metode Teman Baik yang dicetuskan Igor Gorssmann dan tentunya bisa bekerja dengan baik bila Anda adalah tipe seperti Paradoks Salomon tersebut. Metode ini juga sering digunakan untuk penyembuhan diri bagi orang-orang yang bermasalah kejiwaannya.

This post have 0 komentar

Next article Next Post
Previous article Previous Post