Pojok Review - Tahun 2022, saya mendapatkan kesempatan untuk kuliah lagi di jenjang S2. Saya tamat S1 di tahun 2011, dan itu berarti telah 11 tahun berlalu sebelum akhirnya saya kuliah lagi. Biasanya, selama 11 tahun itu, saya membaca mana yang saya sukai. Saya akan mempelajari apa yang sedang ingin saya pelajari. Namun ketika kuliah lagi, kita punya kurikulum yang harus diikuti.
Sekarang, belajar lagi ala mahasiswa harus dijalani. Tapi, ternyata belajar sendirian seringkali gagal untuk mendapatkan hasil terbaik. Beberapa bulan awal saya gunakan untuk penyesuaian, dan akhirnya saya bertemu 10 metode belajar mandiri yang tentunya saya gunakan secara bergantian. Menggunakan 10 metode ini secara efektif membuat saya berhasil lulus tepat waktu, dan mendapatkan indeks prestasi (IP) sebesar 3,93 dengan predikat cum laude.
Apa saja metode belajar yang saya gunakan? Berikut penjelasannya.
1. Metode Belajar "Zona Buta"
Saya menyadari bahwa ketika saya belajar, maka hal yang saya pelajari sebenarnya adalah mengulang-ulang apa yang saya sudah ketahui. Iya, 80% dari apa yang kita pelajari itu sebenarnya hanya mengulang-ulang hal yang sudah kita ketahui, atau bahkan kuasai. Prinsip dari metode Zona Buta ini adalah membuat semacam peta konsep terkait pengetahuan yang harus kita ketahui. Dari corat-coret peta buta itu, kita perlahan mulai mengungkap satu per satu bagian yang kita sama sekali buta, tidak tahu apa-apa.
Misalnya, ketika saya mempelajari kajian musik, saya bertemu dengan istilah entrainment yang sebelumnya tak pernah sekalipun saya dengar. Saya memelajari terkait entrainment ini, lalu menulis artikel berjudul "Entrainment dan Musik Dalam Tubuh: Penjelasan Saintifik atas 'Kesurupan' Musikal" setelah membaca beberapa buku dan jurnal terkait entrainment.
2. Metode Belajar "Zona Nol"
Apakah Anda pernah mendengar istilah "ignorance is bliss" atau "tidak tahu apa-apa adalah sebuah keberuntungan"? Yah, kadang-kadang ketika seseorang tidak mengetahui sesuatu, ia akan menjadi lebih nyaman ketimbang ia mengetahui sesuatu. Ini lah yang disebut sebagai "kutukan pengetahuan" (curse of knowledge), yang secara sekilas mirip dengan kondisi "Dunning-Krugger Effect". Kondisi ini bisa kita simpelkan definisinya sebagai; merasa mengerti padahal belum.
Untuk menghindarinya, maka asumsikan saja bahwa Anda tidak mengetahui apa-apa tentang topik yang harus dipelajari. Misalnya, saya pernah mendapatkan pelajaran tentang manajemen seni ketika grup saya mendapatkan hibah dari Bhakti Budaya, Djarum Foundation di tahun 2019. Materi-materi pelajaran tersebut bahkan sudah saya (dan grup) aplikasikan selama 2-3 tahun sebelum akhirnya saya kuliah. Saat kuliah, saya mendapatkan mata kuliah Manajemen/Tata Kelola Seni. Saat itu, saya "mengosongkan" terlebih dulu asumsi saya tentang ilmu ini, dan datang sebagai seorang yang benar-benar nol. Yah wajar saja, saya bukan sarjana manajemen, wajar kalau pengetahuan saya masih cukup sedikit tentang ini.
Hasilnya adalah, lebih banyak ilmu baru, karena kita pun terus mencari tahu tanpa berpikir bahwa kita sudah tahu.
3. Metode Belajar "Echo Learning"
Setelah saya mendapatkan suatu pelajaran yang baru, entah itu bacaan baru, atau itu materi di kelas, maka setelah itu akan "saya tinggal" selama 24 jam. Setelah 24 jam, maka saya akan mulai mengingat-ingat apa saja yang telah saya pelajari dari pengetahuan baru tersebut. Biasanya, saya akan menuliskan apa yang saya ingat dari pengetahuan baru tersebut, mungkin di Pojokseni, atau mungkin di situs ini, atau di artikel jurnal dengan bentuk yang lebih ilmiah (bila berkenan, bisa baca di sini: Google Scholar Adhyra Irianto).
Saya tulis saja apa yang saya masih ingat, baru kemudian saya bandingkan dengan materi aslinya. Setelah terbiasa menggunakan cara ini, kadang-kadang saya telah menulis 70% dari pengetahuan yang baru saya dapatkan 24 jam yang lalu. Ini lebih efektif membuat pengetahuan tersebut tertinggal di kepala dalam jangka waktu lama.
4. Metode Belajar "Pohon Terbalik"
Ketika kita membaca buku, maka kita akan mulai dari pengantar, kemudian secara perlahan uraian materinya satu per satu, sampai akhirnya kita mengetahui inti dari pengetahuan yang dipaparkan oleh penulis bukunya. Nah, saya lebih sering menggunakan metode Pohon Terbalik. Caranya adalah, saya cari tahu dulu apa pemikiran atau gagasan utama yang dipaparkan oleh penulis buku tersebut? Maka, saya tahu apa hasil yang akan saya capai ketika mempelajari buku tersebut.
Baru perlahan saya baca, secara mundur. Yah, karena itu metode ini disebut pohon terbalik, karena kita akan membaca dari root-nya baru pelan-pelan kita melihat uraian-uraiannya secara "terbalik". Lewat cara ini, Anda tahu halaman apa yang saya selalu baca di paling akhir? Yah, "pengantar penulis".
5. Metode Belajar "Rotasi 4-2-1"
Cari bahan untuk dibaca atau dipelajari selama 4 jam. Kemudian, dua jam lagi untuk membuat tulisan terkait apa yang barusan kita eksplorasi. Setelah itu, gunakan waktu selama 1 jam untuk berdiskusi dengan teman, atau "berperan menjadi guru" untuk bisa mengajarkan apa yang baru saja dipelajari. Secara rutin, cara ini tetap digunakan, sampai akhirnya perlahan ritme alami otak tersebut bisa kita optimalkan untuk menyerap apapun pengetahuan, informasi, dan pengalaman baru.
6. Metode Belajar "STAR Technique"
Nama STAR ini karena berupa akronim dari Stop Think Act Review. Yah, belajarlah terlebih dulu, tapi setelah itu berhenti total. Bukan berhenti "belajar", tapi berhenti untuk membaca atau melakukan transformasi pengetahuan ke kepala Anda. Berhenti terlebih dulu. Sekarang, perlahan pikirkan apa yang sudah Anda pahami, dan coba melakukan sesuatu berdasarkan bacaan Anda. Misalnya, saya membaca teknik menulis kritik seni ala Feldman, maka setelah saya membacanya, saya harus perlahan mencoba membuat sebuah karya kritik seni dengan metode tersebut.
Setelah itu, lakukan evaluasi. Apakah hasil yang Anda buat sudah sama dengan apa yang diinginkan dari metode yang Anda pelajari? Dari hasil yang saya buat tersebut, saya bisa tahu apa lagi yang harus dipelajari setelah ini. Apa yang masih kurang dan harus disempurnakan lagi dari pengetahuan yang baru saya terima.
7. Metode Belajar "Istirahat Kecil"
Untuk saya, kira-kira waktunya adalah 30 menit belajar, 5 menit istirahat. Begitu terus setiap 30 menit. Yah, bisa serasa pecah kepala kita, bila tidak pakai waktu untuk jeda. Otak kita yang butuh jeda tersebut, ketika akan memproses apapun informasi yang akan masuk baru ke kepala kita.
8. Metode Belajar What If?
Sekilas terdengar seperti metode Stanislavsky, metode keaktoran yang memulai sebuah pertanyaan "what if" sebelum membangun karakter. Yah, kurang lebih, Anda akan memulai belajar dengan pertanyaan "bagaimana kalau...?" Selalu tanyakan itu di dalam kepala, agar "rasa curiositas" kita menjadikan konsep-konsep yang kita pelajari akan jelas tampak "benang merahnya".
9. Metode Belajar "Teknik Asosiasi Warna"
Ini sebenarnya diajarkan oleh istri saya secara "tidak langsung". Ketika membaca suatu buku, atau menulis di buku, maka ia akan memberikan warna-warna sebagai penanda. Warna merah untuk pelajaran ini, biru untuk pelajaran yang itu, begitu juga yang lain. Nah, saya gunakan teknik ini untuk satu jenis materi yang dipelajari, menggunakan stabilo. Yah, saya akan berikan warna pada bagian yang penting-penting. Tapi, warna berbeda untuk definisi, uraian materi, contoh, dan kesimpulan.
10. Metode Belajar "Guru Bayangan"
Teknik ini membuat saya sering "bicara sendiri". Saya pernah bilang sama teman sekamar ketika ngekos di Bandung, jangan terkejut kalau nanti saya tiba-tiba bicara sendiri. Saat itu, saya yang baru mendapatkan informasi baru atau pengetahuan baru, akan mengajari "seseorang" seakan-akan ada di depan saya. Lewat cara ini, saya bisa menyadari bahwa saya sudah paham atau belum dengan informasi baru yang saya peroleh. Ketika sudah benar-benar paham, otak mampu memproses jauh lebih dalam, maka saya biasanya akan mencari seorang "korban" yang akan menjadi "siswa bayangan".
Nah, itu tadi sekilas 10 teknik belajar sendiri yang sering saya gunakan (bahkan berganti-gantian) agar hasil belajar mandiri menjadi jauh lebih optimal. Selamat mencoba, dan mungkin dengan saling silang antar berbagai metode tersebut, Anda justru bisa menemukan sebuah metode belajar yang jauh lebih efektif lagi. Kalau iya, bagikan di kolom komentar yah.
This post have 0 komentar