close

Friday, July 09, 2021

author photo
penyebab terbesar kesulitan mengumpulkan uang dan hidup sulit di hari tua

PojokReview - Sejumlah orang berpikir bahwa mereka sudah bekerja nyaris seumur hidupnya. Namun, ketika melihat sekelilingnya, orang lain memiliki banyak investasi, simpanan hari tua, tabungan untuk pendidikan anaknya, dan sebagainya. Apa yang menyebabkan banyak orang selalu kesulitan mengumpulkan uang lalu hidup menderita di hari tua?


Beberapa penelitian sejak lama menyebutkan ada banyak hal yang bisa membuat seseorang menjadi lebih sulit mengumpulkan uang, lalu bangkrut di hari tua. Juga banyak penelitian dan studi yang menyebutkan bahwa lebih dari 20% orang-orang yang berpenghasilan tinggi di saat muda juga bangkrut di hari tua. Penyebab paling pertama dan yang terbesar adalah gaya hidup. Ketika Anda mengikuti semua yang Anda inginkan, maka sebenarnya diam-diam kebangkrutan sudah mengikuti Anda dari belakang. 


Berikut ulasan apa saja yang bisa membuat Anda sulit mengumpulkan uang dan hidup sulit di hari tua.


1. Belanja lebih banyak ketika penghasilan lebih banyak


Faktanya, banyak orang akan menjadi lebih banyak berbelanja ketika penghasilannya lebih tinggi dari biasanya. Mereka meyakini, nanti di bulan depan akan ada penghasilan lagi. Jadi, kapan lagi bisa menikmati jerih payah saat ini? 


Sebenarnya pernyataan "kapan lagi bisa menikmati jerih payah" tidak sepenuhnya salah. Hanya saja, waktunya yang kurang tepat. Akan lebih baik Anda menikmati semua jerih payah Anda ketika Anda sudah tidak bekerja dan tidak punya penghasilan lagi di hari tua. Hal itu jauh lebih baik ketimbang Anda harus tetap banting tulang ketika berusia di atas 60 tahun.


Jadi, penyebab paling pertama dan paling banyak ditemukan adalah, belanja lebih banyak ketika penghasilan lebih banyak! Ini adalah penyebab terbesar seseorang sulit mengumpulkan uang. Karena tidak ada yang dikumpulkan, maka kesulitan di hari tua sudah semakin besar kemungkinannya.


Secara psikologis, ada dua hal yang menyebabkan seseorang berbelanja lebih banyak ketika penghasilan lebih banyak. Penyebab pertama adalah kebiasaan yang sudah terbentuk sejak lama -mungkin sejak kecil- yang sangat sulit diubah. Sedangkan penyebab kedua adalah, keinginan untuk menunjukkan diri sebagai orang yang "kaya". Media sosial memperburuk hal itu menjadikan orang-orang seperti terdorong untuk datang ke tempat makan mahal, membeli barang yang mahal, berkumpul dengan para sosialita, membeli ponsel dengan harga selangit, dan sebagainya.


2. Terjerat hutang berbunga


Sebenarnya, hutang yang berbunga itu tidak selamanya buruk. Namun, sikap konsumtif yang membuat seseorang menjadi berhutang adalah tindakan yang sangat berbahaya. Berhutang membeli tanah jauh lebih baik ketimbang berhutang membeli mobil. Kenapa? Karena mobil adalah aset terdepresiasi, sedangkan tanah justru terus naik nilainya. Berhutang membeli odol dan sikat gigi, justru jauh lebih buruk ketimbang berhutang membeli pena. Karena odol dan sikat gigi adalah benda yang habis terpakai, sedangkan pena digunakan untuk bekerja yang bisa mencari uang untuk mengembalikan lagi hutang tersebut.


Intinya, boleh-boleh saja berhutang asalkan perhatikan benar kesiapan dan kekuatan finansial Anda. Tentang artikel "berhutang" sudah pernah diulas di PojokReview di tautan ini: Tidak Apa Berhutang Asalkan Perhatikan Hal Ini


3. Tidak berani mengambil risiko dengan hal yang serius, tapi berani mengambil risiko dengan hal yang tidak serius


Kebanyakan orang memilih berada di zona nyaman. Misalnya saja penyedia jasa ojek konvensional, kebanyakan tidak begitu tertarik untuk belajar teknologi secara mendalam sehingga bisa bersaing dengan ojek online. Hasilnya, yang dilakukan adalah demonstrasi atau malah melakukan tindak kriminal pada pelaku ojek online. Toko-toko yang bangkrut juga tidak begitu tertarik untuk mengubah konsep menjadi toko online agar bisa bersaing di era teknologi ini. Kebanyakan hanya merutuki, dan berdoa.


Tapi anehnya, ketika mengeluarkan uang banyak untuk liburan, justru tidak begitu takut. Padahal ada risiko sepulang liburan kehabisan uang untuk modal, loh?


4. Tidak menggunakan motto "belajar sampai ke liang lahat"


Kebanyakan orang setelah tamat sekolah, katakanlah tamat kuliah, maka akan berhenti memelajari apa yang sebenarnya menjadi bakat dan kemampuannya. Hal itu membuat seseorang tersebut akan sulit bersaing dengan kebanyakan orang yang terus memperkaya dirinya dengan ilmu pengetahuan. Kalah bersaing tentunya berujung ke kebangkrutan.


5. Berada di lingkaran "toxic"


Seorang yang tadinya bukan tipe konsumtif, bisa menjadi konsumtif karena berada di lingkaran "toxic" alias beracun. Seseorang yang malas belajar pun bisa tiba-tiba jadi seseorang yang giat dan menyukai ilmu pengetahuan karena berada di lingkaran yang tepat. Jadi, pilih-pilih teman ketika beranjak dewasa adalah sebuah keniscayaan.


6. Kurang suka berinvestasi


Kumpulkan 10 orang terdekat Anda, lalu tanyakan pada mereka mana yang mereka pilih; menabung atau berinvestasi? Maka kemungkinan besar sebagian dari mereka memilih menabung. Padahal, negara kita memiliki nilai tukar uang yang sangat berisiko. Berbeda dengan investasi yang bisa terus bertumbuh asalkan dilakukan dengan tepat. Tentunya belajar sepanjang hayat seperti yang disebut sebelumnya adalah kunci. Ada banyak orang yang menabung di era 2000-an awal, dan sekarang ketika memasuki dua dekade, ternyata tabungannya masuk kategori "sedikit".


Tips untuk mengumpulkan uang di hari daya


Kekayaan, dan pendapatan adalah dua hal yang berbeda. Pendapatan sebesar Rp10 juta misalnya, apabila berbentuk uang di dalam tas atau koper, akan berbeda dengan saham senilai Rp10 juta. Selain itu, orang yang memiliki pendapatan Rp10 juta per bulan namun membelanjakan Rp10 juta per bulan, tidak lebih baik daripada orang yang memiliki pendapatan Rp5 juta per bulan tapi membelanjakan Rp3 juta per bulan. 


Kita anggap saja Fulan punya penghasilan Rp10 juta per bulan, dan membelanjakan Rp10 juta per bulan. Sedangkan Fulanah punya penghasilan Rp5 juta dan membelanjakan Rp3 juta per bulan. Sisanya ditabung dan diinvestasikan dalam berbagai hal.


Ketika dua orang tersebut katakanlah terserang badai krisis moneter, atau mungkin karena pandemi yang berkepanjangan seperti saat ini, Fulan bisa jadi akan bangkrut. Sedangkan Fulanah justru punya tabungan untuk mencari jalan lain.


Meski sebagian besar orang yakin bahwa orang "kaya" itu minimal punya pendapatan Rp10 juta, seperti Fulan tapi kalau semuanya mencair seperti air dalam sebulan, maka bisa dengan cepat berbalik menjadi miskin. Itu karena pendapatan dan kekayaan adalah dua hal yang berbeda. Ada banyak hal lain seperti tiba-tiba sakit, atau tiba-tiba kena musibah, bencana dan sebagainya, bisa jadi pukulan telak bagi Fulan. Namun, Fulanah justru punya "perisai" untuk menghadapi hal-hal terburuk seperti itu.

This post have 0 komentar

Next article Next Post
Previous article Previous Post