close

Friday, March 03, 2023

author photo
ight Scene III study of two figures," by eoin llewellyn
Ilustrasi Perkelahian: Lukisan Fight Scene III study of two figures oleh Eoin Ilewellyn

Apa yang akan Anda lakukan ketika pacar atau istri Anda diganggu orang lain? Bila yang Anda lakukan adalah datang membawa parang ke rumah si "pengganggu", maka selamat! Anda sama saja dengan si Mario. Meskipun orang tua Anda bukan pejabat.


Beberapa jam sebelum saya mendapat informasi tentang seorang anak "pejabat" yang bernama Mario Dandy Satrio menganiaya seorang bernama David karena dihasut pacarnya, saya menemukan sebuah kejadian yang unik di salah satu sekolah menengah atas negeri di Rejang Lebong. 


Kejadiannya adalah, seorang anak laki-laki (bukan anak pejabat), mengamuk gara-gara teman akrabnya mengejutkan ia yang sedang memadu kasih dengan pacarnya di atas trotoar, di sisi selokan. Karena terkejut, laki-laki ini bersama pacarnya, terpeleset dan masuk ke selokan. Laki-laki itu mengamuk dan ingin menghajar temannya yang sebenarnya ingin bercanda itu. 


Tentu saja, guru dan staf di SMA tersebut memeganginya agar tidak ada kejadian yang tidak diinginkan setelah itu. Namun, si siswa mengamuk, membentak semua yang memeganginya, meskipun semua yang memeganginya itu jauh lebih tua dari dia. Sambil mengamuk, ia berteriak, "lihat pacarku, bajunya kotor dan badannya sakit semua, aku hajar kau nanti," kata dia, sambil menunjuk temannya dengan penuh amarah.


Sekilas juga teringat kasus Sambo. Perkaranya, Sambo mendengar dari istrinya, bahwa Brigadir J melecehkan "wanitanya". Sambo meresponnya dengan cara mengakhiri nyawa Brigadir J, meski tidak menggunakan tangannya sendiri. 


Ada dua cerita lagi, pertama dari salah satu SMA di Sragen. Seorang remaja berinisial FS berusia 17 tahun, dikeroyok oleh remaja lain. Setelah diusut, Kapolsek Sragen mengatakan bahwa FS menggoda seorang perempuan bernama H, yang merupakan pacar orang. Nah, pacarnya H ini yang mengajak kakakknya menggebuk FS sampai semaput.


Cerita lainnya, seorang bernama Frengki warga Jakarta Utara kehilangan jempol kanan tangannya karena dibacok seorang bernama Arifin. Masalahnya adalah, Frengki menggoda seorang perempuan yang ternyata pacarnya Arifin.


Kalau kita merunut dan membahas tentang kasus orang yang saling gebuk lantaran menggoda pacar atau istri, rasanya mungkin tulisan ini akan terlalu panjang. Anda mungkin juga mendengar cerita yang sama di lingkungan Anda. Seorang yang menggoda istri orang lain, berakhir kena bogem mentah.


Kembali lagi ke sosok pemuda bernama Mario Dandy Satrio. Tentu, tulisan ini akan terlepas dari Moge dan Rubicon-nya, karena saya kira itu tidak berhubungan dengan kasus ini secara langsung. Inti dari masalah ini mirip dengan deretan kasus-kasus yang sudah disebut sebelumnya di atas. 


Intinya adalah: Seorang pria yang ingin menunjukkan status "ke-pria-an" pada seorang wanita yang ia cintai.


Ritual Kepriaan Sejak Primitif


Pria itu kuat dan heroik, karena itu wanita harus dijaga oleh pria. Untuk menunjukkan dirinya sebagai pahlawan bagi sang wanita, maka seorang pria akan melakukan apapun demi sabuk "ke-pria-annya". 


(Sekedar catatan: saya menggunakan istilah "kepriaan" alih-alih "kejantanan", sebab "kejantanan" akan selalu diasosiasikan dengan kemampuan di atas ranjang. Selain itu, dalam artikel ini saya juga menggunakan istilah "keperempuanan" sebagai antitesis "kepriaan" )


Seorang perempuan, membuktikan keperempuanannya dengan cara merawat diri, merawat rahimnya, merias diri, dan terus hadir dengan "cantik", juga menerima semua tuntutan biologisnya. Tapi, pria tidak seperti itu. Pria menunjukkan kepriaannya dengan menjadi pahlawan; punya pekerjaan, hidup yang mapan, mampu menafkahi, dan melindungi orang-orang yang ia cintai bahkan dengan nyawanya. 


Karena itu, sejak masa primitif, seorang pria akan menjalani prosesi menjadi "pria" dengan cara diasingkan di hutan, merantau, hidup mandiri, dan mampu jadi pahlawan bagi orang-orang yang ia cintai. Ritual kepriaan ini masih berlaku hingga hari ini.


Sayangnya, seperti deretan kasus-kasus di atas (termasuk kasus Mario), ini adalah hasil dari seorang pria yang tidak terlatih dalam memilah kapan dan di mana ia bisa menunjukkan aksi "heroik"nya tersebut. Ia mungkin punya motor gede dan mobil yang total harganya miliaran rupiah. Tapi, semua sabuk kepriaannya akan luntur, bila ia diam saja ketika pacarnya diganggu orang lain. Apalagi, pacarnya itu datang padanya dan meminta "perlindungan" dari godaaan lelaki lain.


Terlepas bohong atau tidaknya si pacar dengan laporan tersebut, namun permintaan "tolong" tersebut menjadikan saklar kepriaan si pria akan menyala. Saat itu, si pria akan melakukan sesuatu, sebagaimana yang pernah ia pelajari dari pengalamannya. Atau, bisa dikatakan, ia akan terinspirasi dari idolanya. Entah itu orang tuanya, entah itu tokoh di film, atau mungkin tokoh khayalannya. Ia mungkin berpikir, ini adalah waktu yang tepat untuk menjadi pahlawan.


Apa yang akan Anda lakukan ketika pacar atau istri Anda diganggu orang lain? Bila yang Anda lakukan adalah datang membawa parang ke rumah si "pengganggu", maka selamat! Anda sama saja dengan si Mario. Meskipun orang tua Anda bukan pejabat.


Apa yang harus dilakukan bila kita bertemu dengan kondisi seperti Mario? Tentu ada banyak cara. Mulai dari membicarakannya baik-baik, entah itu bertemu langsung, ataupun lewat ponsel. Atau mungkin cara lain yang bukan kekerasan. 


Bila Mario lebih dewasa, ia bisa saja menemukan solusi dari masalah tersebut tanpa harus berakhir dengan adu jotos. Adu jotos adalah cara paling "purba" alias paling primitif untuk seorang pria menunjukkan kepriaannya.

This post have 0 komentar

Next article Next Post
Previous article Previous Post