pojokreview.com - Sebentar lagi masuk bulan Ramadan dan Idul Fitri 2021. Hal yang terpenting dalam dua momentum hari penting bagi umat Islam tersebut adalah waktu. Ibadah berpuasa di bulan Ramadan ditentukan waktunya yakni mulai dari terbitnya fajar (masuk waktu Subuh) sampai terbenamnya matahari (masuk waktu Magrib).
Sedangkan berpuasa tersebut haram dilakukan di hari Idul Fitri 2021. Karena itu, pengumuman kapan tepatnya hari Idul Fitri sangat penting dan ditunggu-tunggu. Ada dua macam metode yang digunakan untuk mengetahui waktu Idul Fitri, terpenting keduanya berfungsi satu hal; menentukan waktu!
Saking pentingnya tentang waktu ini, bahkan kitab suci umat Islam, Al Quran juga menyebutkan pentingnya umat untuk memanfaatkan waktu dengan baik. Waktu menjadi sesuatu yang sangat penting, sekaligus genting. Waktu menentukan kapan mulai berpuasa, dan kapan pula berbuka. Waktu juga menentukan, kapan Idul Fitri dan berakhirnya masa berpuasa.
Di Indonesia ada tiga zona waktu, yakni Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA) dan Waktu Indonesia Timur (WIT). Perbedaan antara WIB ke WITA adalah 1 jam, begitu pula perbedaan WITA dengan WIT. Selisih waktu antara WIB dengan WIT adalah 2 jam. Itu berarti, ketika orang-orang di timur Indonesia sudah berbuka puasa, berarti orang-orang di barat Indonesia masih harus menunggu 2 jam lagi untuk berbuka.
Namun bukan berarti hal itu tidak menimbulkan keanehan atau kita sebut saja "keunikan". Karena, ada beberapa daerah yang sebenarnya masuk dalam kategori WITA, namun tetap menggunakan waktu sesuai WIB. Juga ada beberapa daerah yang sebenarnya lebih tepat menggunakan waktu WITA, tapi menggunakan WIT.
Banyuwangi
Contoh yang paling populer adalah Banyuwangi, di Jawa Timur. Jarak antara Banyuwangi ke Pulau Bali hanya satu jam bila naik kapal penyeberangan. Apabila matahari di Bali sudah tenggelam, itu berarti matahari di Banyuwangi juga sudah tenggelam. Bila hari sudah gelap di Bali, itu juga berarti hari sudah gelap di Banyuwangi.
Namun, apabila di Bali sudah pukul 06.20 WITA (waktu tenggelamnya matahari) maka di Banyuwangi masih pukul 05.20 WIB, namun matahari juga sudah tenggelam. Pertanyaannya, kenapa Banyuwangi masih menggunakan WIB, apabila sebenarnya zona waktu mereka sudah masuk ke WITA?
Apa kerugiannya? Yah, kita anggap saja orang-orang di Banyuwangi masuk kerja atau sekolah pukul 07.30 yang sebenarnya berarti pukul 06.30 di Jakarta. Itu berarti agar tidak telat, mereka berangkat dari rumah pukul 06.00 yang sebenarnya berarti pukul 05.00 WIB di Jakarta. Berarti pukul berapa sebenarnya mereka bangun? Yah, tepatnya sekitar pukul 04.00 - 04.30 WIB, setiap hari.
Namun masalahnya timbul karena waktu malam mereka sebenarnya datang lebih cepat, namun jam masih menunjukkan pukul 05.20 WIB. Harusnya, orang-orang yang bangun tidur pukul 04.00 WIB pagi, setidaknya tidur pukul 22.00 WIB agar tercapai istirahat sekitar 6 jam. Namun, kebanyakan orang di Banyuwangi memang tidur di pukul 22.00 - 23.00 yang sebenarnya pukul 23.00 - 00.00 WIB waktu Jakarta!
Yah, itu berarti waktu istirahat rata-rata orang-orang di Banyuwangi lebih sedikit dari orang di Bali, termasuk di Jakarta!
Bagaimana dengan bulan Ramadan di Banyuwangi? Yah, berbeda dengan kebanyakan penduduk di zona Waktu Indonesia Barat, di Banyuwangi, waktu subuh masuk di pukul 04.06 WIB dan waktu magrib masuk di pukul 17.15 WIB. Yah, bukankah di pukul 04.06 itu masih terlalu gelap di belahan bumi barat Indonesia, dan pukul 17.15 itu masih terlalu terang untuk masuk kategori magrib? Tapi sekali lagi, di Banyuwangi, waktunya lebih mirip dengan Waktu Indonesia Tengah yang "dipaksakan" tetap menggunakan WIB.
Barito Utara
Selain itu, ada yang lebih aneh lagi, terjadi di Pulau Kalimantan. Tepatnya, perbatasan antara Kalimatan Tengah dengan Kalimantan Selatan. Waktu yang cukup unik ditemukan di Kabupaten Barito Utara (Kalimantan Tengah) yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Barat di sebelah Timur dan Kabupaten Tebalong di sebelah Selatan. Kutai Barat maupun Tebalong berada di Provinsi Kalimantan Selatan.
Matahari terbit di Kabupaten Barito Utara pada pukul 05.13 WIB, sedangkan di Kabupaten Tabalong adalah pukul 06.11 WITA. Ada selisih nyaris satu jam dari kedua kabupaten yang bertetangga ini untuk matahari terbit?
Kemudian, waktu magrib jatuh pada pukul 17.20 WIB di Barito Utara dan pukul 18.18 WITA di Tabalong. Coba hitung, untuk waktu Magrib mereka juga nyaris selisih satu jam? Padahal kedua kabupaten ini bertetangga?
Dan itu berarti, bila Anda berkunjung dari Tabalong ke Barito Utara dengan jarak tempuh dua jam perjalanan, Anda harus mengubah jam Anda. Yah, misalnya dari Tabalong Anda berangkat pukul 07.00 pagi, lalu tiba di Barito Utara pukul 09.00 pagi, maka Anda harus mengubah jam tangan Anda ke pukul 10.00 WIB pagi.
Karena itulah, sebenarnya wilayah Kabupaten Barito Utara di Kalimantan Tengah itu lebih cocok menggunakan atau dimasukkan dalam zona waktu Indonesia Tengah (WITA). Tidak tahu apa alasannya, kenapa kabupaten tersebut tetap menggunakan Waktu Indonesia Barat. Kasusnya sama seperti Banyuwangi di Jawa Timur, bukan?
Karena hal tersebut bisa berpengaruh juga pada kesehatan warganya. Sama seperti di Banyuwangi, sebenarnya berisiko memiliki waktu kerja yang lebih banyak dan waktu istirahat yang terlalu sedikit.
Mungkin masih banyak lagi pengaturan waktu yang dipaksakan di beberapa daerah lain di Indonesia. Apakah Anda merasakan hal yang sama di daerah Anda? Kalau iya, coba bagikan pada PojokReview, yah.
This post have 0 komentar