close

Saturday, October 02, 2021

author photo
Ibukota majapahit



pojokreview.com - Meski mungkin Anda tidak menyukai pelajaran sejarah, tapi mana mungkin Anda tidak mengetahui kerajaan terbesar dan terpopuler di Nusantara, Kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya yang membuka hutan di Trik (sekarang desa Tarik, Sidoarjo, Jawa Timur). Tempat itulah yang kemudian menjadi ibukota pertama kerajaan yang sempat menyatukan sebagian besar Nusantara itu.


Tapi, Trik bukanlah ibukota Majapahit di periode raja berikutnya. Yah, Ibukota Majapahit kemudian pindah ke Trowulan. Trowulan sendiri sudah menjadi sebuah desa yang besar dan ramai sebelum Majapahit berdiri. Apakah sudah selesai? Belum. Majapahit ternyata masih memindahkan ibukota kerajaan ke berbagai tempat lain.


Pertanyaannya, berapa kali Majapahit berganti ibukota? Berikut ulasannya.


Ibukota Majapahit dari waktu ke waktu


Ibukota majapahit

Ibukota pertama Majapahit: Trik


Trik merupakan ibukota pertama Majapahit. Dulunya, daerah tersebut ialah hutan belantara yang kemudian dibabat oleh Raden Wijaya beserta para pengikut setianya. Di hutan itu, para pengikut Raden Wijaya bertemu pohon buah Maja dan memakannya. Saat itulah, mereka tercekat bahwa buah maja yang mereka makan, rasanya pahit.


Hal itu yang menyebabkan Raden Wijaya menamakan kerajaannya dengan nama Majapahit. Dari tahun 1293 hingga beberapa penerusnya, terakhir Jayanegara, di tahun 1319 ialah masa di mana Majapahit memiliki ibukota di Trik.


Ibukota kedua Majapahit: Trowulan


Trowulan merupakan desa yang besar, pasarnya juga ramai, setidaknya sejak era kerajaan Singhasari. Saat itu, terjadi pemberontakan Ra Kuti yang mengancam tampuk kekuasaan Jayanegara pada tahun 1319. Sedangkan berdasarkan kepercayaan zaman dulu, apabila ibukota sudah pernah diduduki oleh musuh, maka ibukota sudah "tidak suci" lagi. Hal itu menyebabkan Jayanegara memindahkan ibukota dan keraton Majapahit ke Trowulan, tahun 1320.


Bisa dikatakan, Trowulan adalah ibukota terlama Majapahit. Dari tahun 1320, hingga tahun 1451. Nama besar Maharaja Majapahit, yakni Raja Hayam Wuruk beserta mahapatih yang melegenda, Gajah Mada itu eksis ketika Majapahit beribukota di Trowulan.


Ibukota ketiga Majapahit: Kahuripan


Daerah Trowulan terkena bencana pada tahun 1451, yakni karena letusan Gunung Kelud. Lagi-lagi, Raja Majapahit era itu, Rajasawarddana (Sang Sinagara) memindahkan ibukota Majapahit ke Kahuripan. Perpindahan juga mesti dilakukan karena Rajassawarddana disebut naik tahta karena membunuh raja sebelumnya, Dyah Kertawijaya bergelar Sri Maharaja Wijaya Parakramawardhana. Hal itu juga menjadi penyebab keraton yang sudah "tercemar" mesti berpindah agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.


Ibukota keempat Majapahit: Tumapel


Tumapel sebelumnya adalah ibukota kerajaan Singhasari. Tumapel sempat menjadi ibukota Majapahit berikutnya karena istana Majapahit di Kahuripan diserang. Raja saat itu, Bhre Pandansalas di tahun 1466 memindahkan ibukota Majapahit ke Tumapel. Di saat yang bersamaan, saudara sepupunya yakni Bhre Kertabhumi juga mengklaim sebagai raja Majapahit di istana Trowulan. Sejumlah pendapat meyakini pada saat ini, Majapahit terpecah dua. Ibukota di Tumapel akhirnya berakhir setelah Bhre Kertabhumi menyerang Tumapel. Bhre Kertabhumi ialah anak Rajassawardana, sedangan Bhre Pandansalas ialah anak dari Dyah Kertawijaya. Rajassawardhana dan Dyah Kertawijaya adalah dua saudara, yang berarti Bhre Kertabhumi dan Bhre Pandansalas ialah dua saudara sepupu.


Ibukota Kelima Majapahit: Daha


Setelah istana Majapahit di Tumapel diserang oleh Bhre Kertabhumi, Bhre Pandansalas memindahkan ibukota kerajaan ke Daha yang dulunya termasuk wilayah Kerajaan Kediri. Dua istana yang dipimpin dua saudara sama-sama saling klaim bahwa mereka adalah penerus sah kerajaan Majapahit. Baik Bhre Pandansalas di Daha, maupun Bhre Kertabhumi di Trowulan masih sama-sama mengaku sebagai raja Majapahit.


Ibukota keenam Majapahit: Trowulan


Prahara dualisme pimpinan tersebut berakhir ketika Bhre Kertabhumi akhirnya mampu mengalahkan Bhre Pandansalas. Saat itu, pengikut Rajassawardana mendukung Bhre Kertabhumi. Sedangkan pengikut setia Dyah Kertawijaya (raja yang dibunuh Rajassawardana) justru mendukung Bhre Pandansalas. Keberhasilan Bhre Kertabhumi membunuh Bhre Pandansalas mengakhiri dualisme kerajaan tersebut.


Ibukota ketujuh Majapahit: Daha


Nyatanya, pembunuhan Bhre Pandansalas memicu dendam dari anaknya, bernama Dyah Ranawijaya. Dyah Ranawijaya menyerang Trowulan dan merebut tahta Majapahit. Saat itu, anak dari Bhr Kertabhumi bernama Raden Patah sudah ditunjuk menjadi adipati Demak. Raden Patah memerdekakan diri dari Majapahit, sehingga kerajaan Demak akhirnya berdiri di tahun 1478.


Prahara kembali terjadi di kraton, ketika orang yang paling dipercaya raja yakni mahapatih Udarha, justru berkhianat. Udarha membunuh Raja Dyah Ranawijaya di tahun 1498 dan naik tahta. Udhara menjadi raja Majapahit berikutnya, yang tentu saja tidak bisa diterima oleh keturunan Bhre Kertabhumi, Raden Patah yang saat ini menjadi raja kerajaan baru bercorak Islam yakni Kerajaan Demak. Tahun 1518, menantu Raden Patah bernama Pati Unus menyerang Majapahit dan membunuh Udhara. Itu adalah akhir dari cerita Majapahir yang kemudian semua wilayahnya di Jawa diambil alih oleh Kerajaan Demak pimpinan Pati Unus.

This post have 0 komentar

Next article Next Post
Previous article Previous Post