close

Sunday, July 12, 2020

author photo
Pachacuti Inca Yunpaqi
Pachacuti Inca Yunpaqi, pendiri Kekaisaran Inka (sumber foto: www.iperu.org)

PojokReview - Di lembah Urubamba, pegunungan Andes sebuah desa kecil bernama Cuzco (sering juga disebut Cusco) bertransformasi menjadi sebuah kekaisaran besar bernama Tawantinsuyu alias Kekaisaran Inka. Pachacuti bernama lengkap Pachacuti Inca Yupanqui yang merupakan raja dinasti kedua atau yang ke-9 di Cuszo, yang kemudian mendirikan Kekaisaran Inka yang tersohor di dunia.

Nama Pachacuti berarti "mengguncang bumi", Inca berarti Kekaisaran Inka sedangkan Yunpaqui berarti "Yang Mulia". Berarti nama panjangnya berarti Raja Mulia dari Inka yang Mengguncang Bumi. Namun ada hal yang membedakan secara signifikan dari sosok pendiri kekaisaran Inka dari para penakluk dunia yang tersohor lainnya, seperti Cyrus (Persia), penakluk dari Romawi sampai Gajah Mada dari Nusantara. Yah, ada cerita mengerikan di balik berdirinya kekaisaran tersohor di Amerika Selatan tersebut di tangan Pachacuti.

Kekaisaran Inka (Tawantinsuyu)

Total wilayah Kekaisaran Inka di Amerika Selatan (arsir hijau) sumber foto: Wikipedia

Kekaisaran Inka menjadi salah satu peradaban pra-Columbus (peradaban yang terjadi sebelum kedatangan Christoper Columbus ke Benua Amerika) yang berpengaruh di benua tersebut. Selain Aztec, Kekaisaran Inka menjadi salah satu kerajaan besar di Benua Amerika yang memiliki wilayah cukup besar. 

Kekaisaran Inka yang awalnya hanya sebuah desa kecil (sekarang menjadi kota Cuzco di Peru) kemudian meluaskan wilayahnya menjadi sebagian dari garis pantai Amerika Selatan sebelah barat sebelum akhirnya ditaklukan Spanyol di tahun 1533. Bila dilihat di keadaan geografis modern, maka wilayah kekaisaran Inka mencakup beberapa yakni Peru, Bolivia, Chilli, Argentina dan Columbia.

Semua bermula sejak kelahiran Pachacuti yang mulai memegang tampuk kekuasaan sejak tahun 1438 hingga 1471. Ia menaklukkan daerah di sekitar lembah Urubamba, lalu terus memperluas wilayah kekuasaannya. Bagaimana cara Pachacuti memperluas kekuasaannya?

Pachacuti Membangun Kekaisaran

Pachacuti saat telah menjadi raja (sumber: Wikipedia)

Kisahnya bermula ketika daerah Chanca menyerang Cuzco di awal abad 15. Saat itu, raja Cuzco adalah Viracocha dan ia memiliki dua orang anak, putra mahkota Inca Urco dan pangeran muda Cusi Yupanki yang kelak dikenal dengan nama Pachacuti. Bisa dikatakan bahwa Inca Urco yang akan menjadi raja setelah ayahnya nanti.

Serangan Chanca mengubah segalanya. Cuzco kalah, Viracocha dan anaknya justru melarikan diri dari Cuzco. Maka saat itu terjadilah kekosongan kekuasaan. Di saat itulah, Pachacuti bersama sekelompok kecil pejuang yang setia pada Cuzco memilih untuk tetap melawan. Ia meminta bantuan dari dewa-dewa, karena usianya yang begitu belia untuk memimpin pertarungan.

Tapi, hasilnya adalah para prajurit Chanca justru harus bertekuk lutut di hadapan pasukan yang dipimpin pangeran belia ini. Rakyat Cuzco menganggap bahwa dewa-dewa telah merahmati sang pangeran muda, yang kemudian menjadikan Pachacuti diangkat menjadi raja, menggantikan ayahnya yang kabur beserta putra mahkota. Maka nama Cusi Yupanqi diubah menjadi Pachacuti Inca Yunpanqi. Keberhasilannya mengusir tentara Chanca dianggap telah menggemparkan bumi, seakan mengundang para dewa untuk datang ke tanah Cuzco dan menyelamatkan mereka.

Nyatanya, Pachacuti adalah penguasa yang ambisius. Ia adalah orang pertama dari Cuzco yang melakukan penaklukan daerah di luar Cuzco. Maka mereka mulai membangun peralatan perang dan angkatan bersenjata. Kemudian, daerah sekitar Cuzco tidak pelak menjadi sasaran penaklukan. Daerah Chanca, yang dulu pernah memporak-porandakan daerah mereka menjadi salah satu sasaran.

Pachacuti: Minum Darah, Mengambil Kulit dan Tulang Musuhnya

Patung Pachacuti di Cuzco (sumber foto: asfarasyoulike.com)

Ketika menaklukkan Chanca, ada sejumlah cerita mengerikan muncul di balik kisah penaklukan yang heroik itu. Mungkin karena berselimut dendam masa lalu, maka Pachacuti benar-benar mengamuk. Musuh-musuhnya yang meninggal saat perang masih akan dipotong-potong. Pachacuti tercatat pernah meminum darah langsung dari tengkorak musuh yang ditebas kepalanya.

Tulang-tulang musuhnya dijadikan kalung, dan juga dibuat menjadi semacam seruling atau flute khas Inca. Biasanya, tulang yang akan dijadikan seruling adalah tulang tangan atau lengan. Belum lagi, ada semacam genderang perang yang ditabuh pasukan Inca untuk pertanda menyerang ternyata bukan dibuat dari bahan kulit hewan seperti di Nusantara. Yah, kulit yang digunakan di genderang itu didapat dari kulit manusia, dari musuh-musuhnya yang telah dikalahkan. Kebiasaan itu menjadikan Pachacuti menjadi jauh lebih menakutkan sehingga banyak musuh-musuhnya yang keder ketika harus berhadapan langsung dengan sang kaisar sekaligus panglima perang Inca ini.

Bila bisa menggunakan cara yang "tanpa perang" misalnya dirayu, disuap, atau diintimidasi, maka mereka akan menggunakan cara itu. Namun bila tidak bisa, maka pasukan perang Pachacuti akan siap melumat daerah-daerah di sekitaran Cuzco. Seperti ditulis di National Geographic, salah satu dokumen menunjukkan ada surat yang dikirimkan oleh penguasa Inca pada raja daerah di sekitarnya yang berisi "kamilah kelompok yang paling berkuasa saat ini, jangan sekali-sekali berani menantang kami".

Pachacuti akan duduk di atas tandu, penuh hiasan yang memukau dan mewah. Ketika ia meniup serulingnya, maka genderang perang akan ditabuh oleh prajuritnya. Itu berarti pertanda menyerang. Salah satu yang tercatat paling mengerikan adalah ketika Pachacuti memimpin perang ke wilayah Titicaca yang dihuni suku Colla. Lembah Titicaca adalah salah satu lembah tersubur di kawasan tersebut dan sangat menarik untuk ditaklukkan.

Pembantaian Suku Colla

Perang berlangsung begitu mengerikan, pasukan Pachacuti membantai banyak orang suku Colla. Tubuh mereka yang bergelimpangan di medan perang nyatanya tetap tidak dibiarkan tenang. Tulang-tulangnya diambil, kulitnya dikelupas dan lagi-lagi Pachacuti menampilkan adegan mengerikan ketika ia minum darah dari kepala penguasa daerah yang ia taklukkan.

Selanjutnya, sampai akhirnya ketika Spanyol meluluhlantahkan kekaisaran Inca, masyarakat kekaisaran tersebut mengangkat Pachacuti Inca Yunpaqui sebagai salah satu dari "dewa" mereka dengan dewa tertinggi adalah Dewa Matahari. Virachoca (ayahnya) diberi gelar Penguasa Dewa Pencipta, kemudian Huascar Inca diberi gelar Penguasa Rantai Emas dan Pachacuti diberi gelar Pencipta Ulang Dunia.

Untuk memperkuat pertahanan, Pachacuti membagun benteng pertahanan di Cuzco bernama Benteng Sacsayhuaman. Tidak sembarangan orang bisa masuk ke ibukota kekaisaran Inca menjadikan keamanan kekaisaran tersebut begitu terjaga. Ia juga menarik pajak dan upeti dari kawasan yang berhasil mereka kuasai untuk membangun kekaisaran mereka. Sektor pertanian mendapatkan banyak perhatian, sehingga bahkan ketika musim paceklik sekalipun rakyatnya tetap mendapatkan pasokan makanan yang berlimpah.

Mendirikan Machu Picchu


Lalu, Pachacuti juga mendirikan Machu Picchu meski beberapa ahli menyebutkan bahwa bukan Pachacuti yang mendirikannya. Tapi yang pasti Machu Picchu yang dalam bahasa setempat berarti Bukit Tua, memang didirikan untuk mengenang Pachacuti. Machu Picchu bukan sekedar benteng pertahanan, tapi juga menjadi daerah seremonial tempat mereka memuja dewa mereka. 

Pachacuti menyerahkan tugas penaklukan pada anaknya Tupac Inca Yunpaqui, sedangkan ia fokus pada pembangunan kerajaannya. Pembangunan, politik, budaya dan keagamaan menjadi fokus utama Pachacuti. Sampai akhirnya ia meninggal di tahun 1471, Suku Inca berkabung selama setahun penuh. Dibuat semacam "perang teatrikal" di Cuzco untuk mengingat perang yang pernah dilakukan sang kaisar, serta ada prosesi pengorbanan sekitar 2000 hewan (sebagian besar illama) untuk para dewa. 

Pachacuti dimumikan dan terus dihormati oleh rakyatnya secara teratur. Kemungkinan, jasadnya disembunyikan di kuil Kenko yang juga berada di Cuzco. Namun, ketika Spanyol menguasai daerah tersebut, mereka menemukan jasad Pachacuti yang sudah diawetkan. Lalu, Spanyol mengirimkan mumi tersebut ke Lima (ibukota Peru), namun di perjalanan jasad tersebut hilang.

Sumber Bacaan:

This post have 0 komentar

Next article Next Post
Previous article Previous Post