close

Friday, July 02, 2021

author photo

Kejeniusan Nabi Muhammad dalam perang Badar
Kejeniusan Nabi Muhammad dalam perang Badar


PojokReview - Sebagian besar umat Islam tentu sudah pernah mendengar kisah perang Badar yang dimenangkan pasukan Muslim di bawah komando Nabi Besar Muhammad SAW. Hanya 300 orang pasukan Muslim, berhasil memukul mundur ribuan pasukan pimpinan Abu Lahab.


Berpuluh tahun, banyak yang mengira bahwa kemenangan nabi Muhammad disebabkan karena satu hal: turunnya pasukan malaikat yang dikirim Allah SWT. Memang benar bahwa ada pasukan malaikat yang diturunkan, namun berdasar buku Sejarah Otentik Politik Nabi Muhammad SAW Dari Dakwah Mekah Hingga Piagam Madinah karya Prof Dr Husain Mu'nis, juga buku berjudul Sejarah Otentik Nabi Muhammad SAW yang ditulis juga oleh Prof Dr Husain Mu'nis, disebutkan bahwa kemenangan di Perang Badar itu dikarenakan strategi perang yang jenius dari Nabi Muhammad. Turunnya malaikat itu adalah salah satu penyebab kemenangan tersebut. 


Bahkan, sebenarnya tanpa malaikat turun pun, Nabi Muhammad berpeluang besar memenangkan pertempuran itu!


Penyebab utama kemenangan di Perang Badar adalah karena kejeniusan Nabi Muhammad SAW itu sendiri. Tentunya, artikel ini diharapkan akan membuat kita semakin mencintai Beliau dan mengaguminya. 


Kemenangan Nabi Muhammad bahkan dijabarkan secara logis juga secara keilmuan (militer) di deretan buku merjudul The Kitab Al-Maghsi of Al Waqidi di tiga deretan bukunya berikut ini. 



Untuk mempertegas kenapa Nabi Muhammad SAW itu jenius, bandingkan dulu dengan siapa "jenderal perang" yang dikalahkan nabi. Dia adalah Abdul Uzza bn Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad sendiri. Tokoh antagonis kita satu ini punya nama populer yang tidak hanya terkenal di dunia, tapi juga di langit karena begitu memusuhi nabi. Nama populernya adalah "Abu Lahab."


Siapa Abu Lahab? Dia adalah orang terpandang di Mekah karena tiga paduan ini: cerdas, kuat, dan kaya raya. Abu Lahab di era itu menjadi seorang yang berpengaruh dalam pengaturan bisnis, perdagangan, politik, hingga militer di Mekah. Tidak hanya itu, Abu Lahab juga termasuk dari anggota Bani Hasyim (Suku Quraisy) yang paling disegani di Mekah.


Bagaimana seorang nabi Muhammad bisa mengalahkan seorang yang begitu kuat itu? Di sini kecerdasan Nabi Muhammad SAW teruji. Pertama, Nabi Muhammad juga punya kecerdasan, punya pengikut yang cukup banyak, serta ditopang dengan kekayaan beberapa sahabat setianya. Nabi Muhammad SAW juga bagian dari Bani Hasyim Suku Quraisy.


Maka sebenarnya perang antara keduanya merupakan perang antara dua orang yang sama kuat. Bahkan seorang Quorawan bernama Han Prasteya Adhi yang juga membahas tentang perang Badar ini menyebut bahwa pertempuran antara Abu Lahab vs Nabi Muhammad adalah perang kecerdasan, alias perang kejeniusan. Han Prasteya Adhi menganalogikannya seperti perang kecerdasan antara Sherlock Holmes vs Prof Moriarty.


Bukti kecerdasan Abu Lahab adalah bagaimana ia mampu mempersiapkan secara kuantitas pasukan, hinggar dana untuk perang yang sangat besar. Tercatat, ia berhasil mengumpulkan dana sebesar 50 ribu dinar emas, serta 1050 pasukan yang 100 di antaranya merupakan pasukan kavaleri. Butuh pengaruh yang sangat kuat untuk mengumpulkan kekuatan seperti itu, bukan?


Sedangkan Nabi Muhammad sudah memprediksi akan ada serangan besar-besaran dari Mekah. Untuk persiapan maka ada beberapa "operasi" yang dilakukan pasukan muslim. Antara lain:


Operasi Saif Al Bahr dan Operasi Rabigh


Operasi ini berupa pengiriman "mata-mata" untuk melakukan pengintaian dan penyelidikan. Hal ini ditujukan untuk terus mendapatkan perkembangan pasukan lawan dan strategi menghadapinya. 


Operasi Buwath


Opeasi ini merupakan perang tanpa kontak senjata dengan Bani Dhamrah. Dengan menggunakan perjanjian pertahanan yang saling menguntungkan, pasukan Muslim mendapatkan dukungan dari Bani Dhamrah.


Operasi Dzatul 'Uryairah


Sama seperti operasi buwath yang merupakan "perang tanpa kontak senjata" hanya saja menggunakan perjanjian pertahanan. Bedanya, objek di operasi ini adalah Bani Mudlaj.


Tentara atau pasukan militer di era Nabi Muhammad di sebut Al Maghazi. Hanya saja, al Maghazi ini bukan berarti seperti tentara seperti saat ini. Karena tentara tersebut bisa jadi siang hari tetap bekerja di pasar, atau kerja lainnya. Malam harinya mulai berjaga, dan menunaikan tugasnya sebagai Al Maghazi.


Al Maghazi ini memiliki 4 tugas, yakni; 


1. Amal 


Tugas perjalanan dalam berdakwah atau ibadah.


2. Ba'ts


Delegasi khusus yang dikirim untuk melakukan kegiatan sosial, berdakwah, pendidikan, dan sebagainya.


3. Sariyah


Seperti intel atau mata-mata. Operasi  Saif Al Bahr dan Operasi Rabigh adalah tugas Sariyah.


4. Ghazwah


Ini merupakan ekspedisi militer. Bisa berupa perang dengan kontak senjata, bisa juga perang tanpa kontak senjata seperti yang dilakukan dalam Operasi Buwath dan Dzatul 'Uryairah


Perlu dicatat bahwa "sistem" militer yang diciptakan sekaligus dikomandoi sendiri oleh Nabi Muhammad SAW di atas tidak terjadi dengan serta merta. Butuh proses yang panjang, yakni total 2 tahun sebelum akhirnya perang Badar itu berkobar. Persiapan untuk perang itu sudah dimulai sejak pindahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah.


Peristiwa Hijrah


Untuk menceritakan lagi secara detail bagaimana persiapan panjang tersebut, tentunya sedikit kita ulas proses pindahnya Nabi Muhammad SAW beserta para pemeluk Islam yang setia ke Madinah. Berbeda dengan Mekah yang sudah menjadi "kota", Madinah saat itu bukanlah sebuah kota!


Yah, kota Madinah saat itu dikenal dengan nama Yatsrib adalah blok-blok oase. Masing-masing blok dikuasai kelompok-kelompok tertentu, mulai dari kelompok Aus, Kharaj, sampai Yahudi. Namun, mereka saling bekerja sama dan menjalin damai, saling menjaga dengan perjanjian pertahanan, dan membangun tempat pertanian, peternakan, serta perdagangan.


Kedatangan Nabi Muhammad SAW ke Yastrib diterima dengan baik, karena bagi penduduk asli setempat kedatangan banyak orang bisa membuat kota itu menjadi lebih berkembang. Nabi menyambut hal tersebut dengan melakukan kerja sama pertanian, perdagangan, pertahanan dan keamanan, serta bersama-sama membangun peradaban. 


Itu menjadi alasan utama kenapa ayat-ayat yang turun di Madinah (ayat-ayat Madaniyah) bersifat ajaran sosial, dan peradaban. Bandingkan dengan ayat-ayat yang turun di Mekah (ayat-ayat Makiyah) yang lebih banyak bersifat ajaran agama.


Yastrib menjadi Madinah, blok-blok oase menjadi kota pusat perdagangan itu bukan hal yang bisa dilakukan dengan mudah. Nabi Muhammad bahu membahu dengan para pemeluk Muslim, serta warga Madinah yang sudah ada sejak dulu untuk membangun sebuah peradaban yang besar. Berapa lama Madinah menjadi kota yang akhirnya menjadi pusat perdagangan bahkan mengancam akses perdagangan ke Mekah? Yah, 8 tahun. 


Karena Mekah sudah terancam dengan kota yang dibangun nabi Muhammad SAW, maka persiapan perang Badar akhirnya mulai dilakukan di Mekah. Sedangkan Madinah terus membangun blokade jalur perdagangan yang membuat Mekah semakin melemah. Harapan pasukan Muslim tentunya agar pasukan Abu Lahab terus melemah kekuatannya.


Tapi seperti yang dibahas sebelumnya. Abu Lahab juga bukan orang sembarangan. Di tengah kesulitan yang menimpa kotanya, ia justru tetap mampu mengumpulkan dana yang sangat besar, serta pasukan yang begitu besar. Yah, 1000 pasukan yang disiapkan untuk menggempur Madinah. Ribuan pasukan yang dibawa itu untuk menghancurkan blokade Madinah yang menghambat jalur perdagangan ke Mekah. Sekaligus membuat pasukan Muslim ketar-ketir dengan jumlahnya yang begitu besar.


Apakah Nabi Muhammad ketar-ketir dengan jumlah 1000 pasukan? Oh, tidak. Sama sekali tidak. Nabi Muhammad sudah memperhitungkan segalanya dengan matang. Dengan pasukan yang hanya sepertiga dari jumlah pasukan Abu Lahab, Nabi Muhammad SAW sudah punya strategi yang diprediksi mampu menghajar balik ribuan pasukan tersebut.


Lalu, pecahlah perang!


Perang Badar: Adu strategi dua jenius


Meski Abu Lahab adalah antagonis di kisah ini, tapi tidak adil bila kita tidak menyebutnya sebagai seorang yang jenius pula. Itu justru memberikan kita keyakinan bahwa Nabi bisa menang melawan seorang yang jenius, itu berarti Nabi Muhammad jauh lebih jenius. Bukankah begitu?


Yah, apakah sebuah kota yang sudah terblokade jalur perdagangannya, serta nyaris kesulitan untuk mencari uang lagi, bisa membangun pasukan raksasa? Bisa saja, selama ada seorang pemimpin yang cerdas dan berpengaruh yang melakukannya. Dan harus kita akui bahwa Abu Lahab berhasil. Dan sekarang, 1050 pasukannya bersiap menuju Madinah.


Tapi, harus diakui pula bahwa kali ini Abu Lahab kalah cerdas dengan Nabi Muhammad. Jarak dari Mekah ke Madinah itu adalah 450 km! Jarak yang sangat jauh, apalagi di era itu belum ada mobil, apalagi pesawat terbang. Pasukan infanteri berjalan kaki dan harus berhari-hari menempuh perjalanan itu. Tentunya, ada ribuan pasukan yang lelah akan bertempur dengan 300 pasukan Madinah yang sudah siap menantinya.


Daya tempur seribu pasukan itu terus terkikis karena saat itu hampir setiap malam akan turun hujan. Hasilnya pijakan kaki di gurun pasir benar-benar menyulitkan para pejalan kaki, termasuk kavaleri unta. Belum lagi dengan baju tempur yang berat. Namun pasukan Mekah terlatih untuk itu. Meski harus diakui bahwa daya tempur mereka benar-benar berkurang drastis.


Nabi Muhammad menggunakan dua cara yang menjadi strategi penentu kemenangan. Cara pertama adalah, pasukannya sudah menutupi nyaris semua sumber air yang ada di antara Mekah dan Madinah. Hasilnya, ribuan pasukan yang kesulitan berjalan tadi, bahkan juga sulit bertemu air sepanjang perjalanan. Bayangkan betapa menurunnya daya tempur mereka.


Sesampainya di lokasi perang, ternyata pasukan Madinah menyerang dari arah timur. Dan itu berarti, pasukan Abu Lahab yang sudah letih dan dehidrasi itu bertempur dengan menghadap arah matahari terbit. Sebagian besar pasukan berperangan dengan tangan satu menutupi silaunya matahari. 


Di saat itulah terjadi pertempuran antara 1000 pasukan yang kelelahan dan dehidrasi sekaligus menghalau sinar matahari, melawan 300 pasukan yang masih segar bugar dan kondisi prima!


Di atas kertas, sepertinya kemenangan sudah ada di pihak Nabi Muhammad. Ketika perang dimulai, Nabi Muhammad berdoa memohon bantuan. Nah, di saat itulah malaikat turun atas perintah Tuhan. Maka persentase kemenangan pihak Madinah sudah semakin besar. 


Nabi Muhammad mengajarkan usaha keras dengan rencana yang matang


Apa yang bisa diambil dari kisah di atas? Yah, fakta ilmiah yang ditemukan di berbagai buku tersebut justru membuktikan kejeniusan Nabi Muhammad. Bahwa untuk mendapatkan keberhasilan, perlu 90 persen usaha dan 10 persen doa. Bahkan seorang Nabi Muhammad sekalipun, telah berpikir cerdas dan membangun kekuatan militer selama bertahun-tahun, juga membangun peradaban di kota baru selama bertahun-tahun.


Bantuan dari Allah secara langsung adalah hadiah dan keberuntungan. Nabi Muhammad mengajarkan kita untuk terus berusaha sambil dibarengi doa. Tidak dengan diam dan hanya berdoa saja. Setelah bertahun-tahun persiapan, bantuan Allah SWT akan datang di detik-detik yang menentukan.


Pesan lainnya adalah, usaha yang dilakukan Nabi Muhammad semuanya sistematis dan terencana. Tidak ada satu hal yang diambil tanpa rencana dan perhitungan. Maka, sebagai umat Islam, kita juga mesti melakukan hal yang sama. Melakukan usaha semaksimal mungkin, namun dengan perhitungan dan rencana yang matang. Sambil dibarengi doa pada Tuhan agar semua yang dilakukan bisa berhasil.


Usaha yang membabi buta juga akan mengantarkan kita pada kegagalan. Dengan kisah Perang Badar yang berdasar fakta sejarah di atas, bukankah keimanan dan rasa cinta kita pada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW seharusnya semakin besar?

This post have 0 komentar

Next article Next Post
Previous article Previous Post