close

Friday, June 10, 2022

author photo
Pengeboman Borobudur 1985
Keadaan Candi Borobudur setelah bom. Total 9 Stupa hancur, dan 4 patung rusak berat. (Sumber foto: Tempo)

pojokreview.com - Saat ini, Candi Borobudur tengah jadi pembicaraan penting di Indonesia, disebabkan naiknya harga untuk berkunjung hingga ke puncak candi. Namun, bukan itu yang akan dibicarakan di artikel ini.


Pojok Review akan mengulang sedikit kisah pengeboman yang terjadi di Candi Borobudur pada tahun 1985 silam. Kejadian itu terjadi pada tanggal 21 Januari 1985. Peristiwa terorisme tersebut bermotif jihad, dan terjadi hanya berselang 4 tahun setelah peristiwa terorisme mencekam lainnya yakni Peristiwa Woyla, atau pembajakan pesawat Garuda DC 9 Woyla yang dilakukan sekelompok teroris yang menyebut dirinya Komando Jihad. 


Peristiwa tersebut diulas dengan lengkap oleh Harian Kompas tertanggal 22 Januari 1985 dengan berita berjudul "Sembilan Stupa Borobudur Diledakkan Senin Dini Hari". Berita tersebut dilaporkan ulang perkembangan penyelidikannya oleh Tempo pada tanggal 17 Mei 1999 dengan judul berita "Bom Borobudur, 16 Tahun Kemudian".


Runut Kejadian Pengeboman Borobudur 1985


Pengeboman Borobudur 1985
Berita pengeboman Borobudur dimuat Kompas (sumber foto: Indocropcircles.wordpress.com)

Ledakan yang terjadi di puncak Candi Borobudur tersebut begitu dahsyat, sampai-sampai sembilan stupa hancur, begitu juga beberapa patung Buddha yang hancur lebur. Kejadian itu terjadi pada dinihari, ketika tidak ada satupun orang yang sedang berada di Borobudur. Hal itu menjadikan tidak ada korban jiwa akibat pengeboman tersebut.


Berselang beberapa waktu pasca pengeboman, dua orang bersaudara ditangkap polisi sebagai tersangka atas kejadian yang menghancurkan Borobudur tersebut. Kedua orang tersebut adalah Abdulkadir bin Ali Alhabsyi dan Husein bin Ali Alhabdsyi. 


Dari fakta persidangan, terungkap bahwa Abdulkadir, Husein dan seorang temannya datang ke Candi Borobudur untuk berkemah bersama seorang bernama Muhammad Jawad yang juga dikenal dengan nama lain Ibrahim. Saat itulah, Mohammad Jawad membujuk Abdulkadir, Husein dan teman-temannya untuk mengebom Candi Borobudur.


Tidak hanya Candi Borobudur, aparat yang menyelidiki kasus ini menduga peledakan Gereja Sasana Budaya Katolik Magelang dan Bus Pemudi Ekspress Jurusan Bali yang terjadi tidak lama dari kejadian pengeboman Borobudur.


Namun Abdulkadir maupun Husein, termasuk juga rekan-rekan mereka bukanlah seorang yang mengerti bom sama sekali. Bagaimana cara membuat bom, dan merakitnya dengan sempurna, semuanya dikerjakan oleh Mohammad Jawad.


Salah satu fakta persidangan yang membuktikan hal tersebut adalah kejadian bom di Bus Pemudi Ekspress jurusan Bali yang terjadi juga di tahun 1985. Abdulkadir sedang menumpang di bus tersebut, dan menyimpan bom di dalam sebuah tempat berbahan pipa, kemudian dimasukkan ke dalam tas. Tasnya diletakkan di bagian bawah bus, dekat dengan mesin sehingga kepanasan. Hal itulah yang membuat bom tersebut bisa meledak.


Beruntung, saat bom meledak, bus dalam kondisi sedang berhenti di Banyuwangi untuk memberi waktu para penumpang beristirahat. Abdulkadir dan Husein sendiri selamat dari ledakan tersebut karena turun dari bus. Tapi, total ada 7 orang yang masih berada di dalam bus menjadi korban meninggal dunia. Tiga dari tujuh orang tersebut adalah rekan-rekan Abdulkadir dan Husein sendiri yang sedang berencana untuk pergi ke Kuta Bali, mencari sasaran bom baru.


Kesalahan kecil itu yang membuat polisi berhasil menangkap Abdulkadir dan Husein. Kesalahan kecil lainnya adalah, kedua orang itu panik dan ingin kabur dari lokasi kejadian. Tentunya, hal itu membuat penumpang lainnya menjadi curiga dan meringkus dua beradik tersebut. Begitu cerita kenapa dua orang tersebut bisa tertangkap.


Namun apakah kedua kakak beradik itu menceritakan yang sesungguhnya, atau berkelit? Siapakah Mohammad Jawad tersebut?


Mohammad Jawad, dan Perdebatan tentang Pelaku Bom Borobudur 1985


Abdulkadir, Husein, dan teman-teman mereka jelas bersalah karena terlibat pengeboman tersebut bersama Mohammad Jawad. Mereka dijatuhi hukuman penjara selama 20 tahun oleh Pengadilan Negeri Malang. Kedua orang tersebut menerima remisi dari Presiden RI dan sekarang keduanya sudah menghirup udara bebas.


Pengeboman Borobudur 1985
Pemugaran Borobudur pasca pengeboman tahun 1985 (sumber foto: Kompas)

Abdulkadir mendapatkan pembebasan di tahun 1995 setelah mendapatkan remisi dari Presiden Soeharto. Sedangkan Husein dibebaskan pada tahun 1999 setelah mendapatkan remisi dari Presiden BJ Habibie. Meski demikian, keduanya terus mengelak dituduh sebagai otak dari kejadian tersebut. Baik Husein maupun Abdulkadir, keduanya sepakat bahwa otak dari pengeboman tersebut bernama Mohammad Jawad.


Kembali pertanyaan muncul, siapakah Mohammad Jawad yang menjadi otak pengeboman Borobudur tahun 1985 itu? Lebih hebatnya lagi, sampai saat ini, Mohammad Jawad tetap menjadi misteri. Ia tak pernah tertangkap dan tak diketahui di mana rimbannya.


Mohammed Jawad yang Misterius


Dari kisah seorang lagi yang juga berada di Borobudur malam kejadian tersebut, ia bernama Achmad Muladawila. Lewat ceritanya pada media Vice, Achmad ini adalah orang yang bersama Jawad mengendap-endap masuk ke pos penjagaan pintu Candi Borobudur, membawa tas ransel besar, yang lebih dulu ke puncak sebelum dua beradik tersebut.


Achmad menceritakan bahwa Mohammad Jawad adalah seorang ustaz yang juga menjadi gurunya. Mohammad Jawad adalah guru ngaji bagi Achmad, Husein, dan Abdulkadir. Bagi mereka, Mohammad Jawad adalah sosok yang dihormati dan disegani, meski terkadang sangat keras mengkritik aliran kepercayaan, dan agama lain.


Jawad adalah seorang yang terpelajar. Ia bahkan bersekolah di Iran, yang mungkin memengaruhi pemikirannya menjadi garis keras. Jawad pernah berkata bahwa agama leluhur seperti Sunda Wiwitan, Kejawen, dan aliran kepercayaan lainnya sebagai agama sontoloyo. Juga menyebut Borobudur adalah warisan berhala untuk menyaingi Ka'bah.


Mereka berhasil mengebom Borobudur dengan bom jenis TNT (trinitroluena). Meski dayaledaknya tidak begitu mengerikan, tapi sembilan stupa dan empat patung yang dihancurkan dalam satu kali ledakan tentunya menghadirkan kerugian yang sangat besar.


Tidak hanya Borobudur, tapi bom yang dibuat Jawad juga berhasil diledakkan bersama rekan-rekannya di Sasana Budaya Katolik. Lebih hebatnya lagi, di saat bersamaan dengan ledakan Sasana Budaya Katolik, Jawad datang sendirian ke Seminari Alkitab Asia Tenggara untuk mengebom tempat tersebut.


Nyaris semua pengamat hukum, dan fakta persidangan juga membuktikan bahwa semua tindak-tanduk Jawad dan kawan-kawan adalah buntut dari Tragedi Tanjung Priok. Ratusan warga sipil meninggal dalam kejadian berdarah yang tercatat sebagai salah satu yang terkelam di sejarah Republik ini.


Sedangkan Jawad, tetap tidak tercium keberadaannya hingga hari ini. Banyak yang bilang, setelah tertangkapnya Husein dan Abdulkadir, ia segera pergi kembali ke Iran. Keberadaannya tetap menjadi misteri hingga hari ini.

This post have 0 komentar

Next article Next Post
Previous article Previous Post