close

Saturday, June 12, 2021

author photo

PojokReview - Ketika pertanyaan "siapa orang paling pintar yang Anda ketahui" maka rata-rata akan menjawab satu nama, Albert Einstein. Einstein, fisikawan asal Jerman memang memukau dunia dengan teori relativitas yang menjadi salah satu pilar utama fisika modern.


Pertanyaannya, bagaimana cara orang tuanya mendidik Albert Einstein? Mungkin pertanyaan pertama adalah, siapa yang menurunkan kecerdasan Einstein tersebut? Apakah ayah atau ibunya?


Tentunya, kita mesti tahu bahwa "kecerdasan secara ekslusif diturunkan dari ibu adalah sebuah mitos". Dan Einstein juga mengatakan bahwa dia hanya orang yang punya rasa ingin tahu, dan kedua orang tuanya sangat berjasa menjadikan rasa ingin tahunya menjadi sesuatu yang berarti, bahkan bagi dunia.


Yah, Einstein memiliki dukungan atau support system yang sangat luar biasa dari kedua orang tuanya, Hermann dan Pauline Einstein. Kedua orang tuanya mengetahui bahwa anaknya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, maka terus dibebaskan untuk mengetahui apapun.


Kuncinya, berdasarkan beberapa hasil wawancara dengan Einstein yang dimuat berbagai artikel, orang tua Einstein mengajarkan Einstein untuk mencintai alam, bebas berekspresi, mencintai seni, dan menjunjung tinggi kejujuran.


Einstein juga dibiarkan untuk terus mencari tahu tentang segala hal, bahkan ketika usianya masih 5 tahun. Ditambah dengan karakter Einstein yang tidak pernah puas sampai mendapatkan jawaban yang pasti terhadap apa yang ia ingin ketahui.


Ayahnya sebenarnya tidak memiliki pengetahuan sains yang memadai untuk mengimbangi keingintahuan anaknya. Ketika Einstein kecil terbaring sakit ketika berusia lima tahun, ayahnya memberikannya kompas untuk menemaninya di tempat tidur. Dari situ, Einstein justru terus mempertanyakan tentang jarum kompas yang terus mengarah ke utara meski diarahkan ke mana saja.


Jawaban ayah Einstein adalah karena adanya magnet. Maka pertanyaan Einstein berikutnya adalah tentang magnet, yang tak mampu dijawab oleh ayahnya. Bukannya menyerah, ayahnya justru mengarahkan Einstein untuk terus bertanya pada siapapun hingga menemukan jawabannya. Einstein lebih suka sendiri, berpikir dan mencari jawaban, ketimbang bermain dengan anak-anak seusianya. 


Guru sekolah Einstein mengatakan bahwa Einstein kecil memiliki intelejensi yang rendah. Hal itu dikarenakan Einstein tak mampu beradaptasi dengan sekolah dan teman-temannya. Tapi, ibunya terus mendukung Einstein, dan memberikannya banyak buku, serta teman setia Einstein, biola.


Mengundang Makan Seorang Mahasiswa, Karena Einstein tak Mampu Kuliah


Sejak kecil Einstein suka membaca, dan tertarik dengan kedokteran. Namun, kedua orang tuanya tak mampu membiayai kuliah Einstein. Apa yang dilakukan kedua orang tuanya?


Mereka memasak dengan banyak di setiap hari Jumat malam, lalu mengundang kenalan mereka seorang mahasiswa jurusan kedokteran. Tujuannya adalah agar Einstein bisa belajar dan berdiskusi dengan mahasiswa tersebut. Unik bukan?


Dengan demikian, Einstein bisa terus belajar dan semakin bertambah wawasannya. Ibu Einstein lebih menyukai musik dan sastra, ketimbang sains. Karena itu, Einstein diajarkan bermain biola, bahkan pernah mengadakan konser amal untuk anak-anak yang tidak mampu sekolah. Itu juga diajarkan oleh ibunya, bahwa menjadi seorang anak yang cerdas harus berempati pada orang lain.


Kerja keras kedua orang tuanya meski lebih banyak terhalang dana, tetap membuahkan hasil. Einstein menjadi fisikawan yang menelurkan banyak teori baru yang berguna bagi dunia. Hanya satu saja hal yang disayangkan, yakni ketika Einstein menerima Nobel di bidang Fisika, ibunya sudah meninggal. Jadinya, tidak bisa melihat hasil kerja kerasnya selama ini. Tapi, pasti senyuman bahagia kedua orang tuanya tetap hadir dari surga, melihat keberhasilan Einstein, bukan?

This post have 0 komentar

Next article Next Post
Previous article Previous Post